.jpg)
AYO KITA MENGINGAT MASALALU PEJUANG - PEJUANG ACEH . JANGAN PERNAH ANDA ABAIKAN ..KITA BANGSA ACEH INI HARUS TAU SEJARAH DAN MAKAM BELIAU
Perlawanan Teuku Raja Angkasah Di Bakongan Aceh Selatan 1905-1925
Sejak meletusnya Perang Belanda di Aceh dari tahun 1873 sampai 1942 , perang dapat dibagi dalam empat periodisasi atau kurun waktu. Periode pertama 1873-1874, periode kedua 1874-1880, kemudian periode ketiga 1884-1896, selanjutnya periode terakhir 1896-1942. Pada periode terakhir ini Belanda tidak lagi menerapkan benteng stelsel namun sudah menerapkan sistem antigerilya di mana gerilya dibalas dengan gerilya dengan membentuk suatu pasukan khusus yang bernama Het Korps Marechausse atau Marsose. Pasukan inilah yang ditugaskan untuk mengejar pada gerilyawan Aceh yang juga sudah mulai menerapkan sistem gerilya setelah banyak sekali korban jatuh dalam perang kolosal.
Namun meskipun begitu, gerilyawan Aceh tidak pernah berhenti menyerang
bivak/camp pasukan Belanda di seluruh wilayah pedalaman dan pesisiran Aceh.
Pada masa-masa terakhir ini pasukan Belanda berkonsentrasi di wilayah Dataran
Tinggi Gayo, Alas dan Pesisir Barat Aceh, di mana daerah ini merupakan daerah
terakhir yang menjadi pusat konsentrasi pasukan Belanda dalam menuntaskan
perlawanan rakyat Aceh.
Bakongan
sebelumnya merupakan daerah yang dianggap aman dan damai. Namun sejak tahun
1905, wilayah Bakongan telah menjadi kubu perlawanan yang dinamakan Rambong
Seuneubok Keuranji. Perlawanan terhadap Belanda ini merupakan lanjutan Perang Belanda
di Aceh pada masa-masa sebelumnya. Serdadu Belanda yang ditugaskan ke wilayah
Bakongan sangat ketakutan karena merasa kecil kemungkinan dapat lolos dari
medan pertempuran di sana.
Teuku Raja
Angkasah ikut serta dalam peperangan Rambong Seuneubok Keuranji. Ketika
pertempuran pada tahun 1905, di mana pasukan marsose dipimpin oleh Letnan
Donner dan Sersan Wongsokaridjo mengalami kekalahan. Pada malam tanggal 12
Agustus 1905, di kampung Rambong Seubadeh, Bakongan, pasukan Letnan Donner
diserbu oleh para gerilyawan Aceh. Akibat serangan ini Letnan Donner dan Sersan
Wongsokaridjo tewas dicincang oleh para pejuang Aceh. Selain itu 39 pasukan
marsose lainnya juga tewas dalam serangan itu.
Beberapa
tahun kemudian, pasukan gerilyawan Aceh yang dipimpin Teuku Raja Angkasah
kembali terlibat pertempuran dengan pasukan marsose di dalam Hutan Rambong di
dekat Gampong Drien. Pada tengah malam tanggal 23 Oktober 1925 pasukan Belanda
yang dipimpin oleh Letnan J. Wiarda diserbu oleh pasukan Teuku Raja Angkasah.
Pasukan marsose tersebut diserang hingga tercerai-berai dengan pasukannya,
akibatnya 2 orang tewas dan 3 orang terluka parah dan 7 orang luka ringan.
Pasukan Teuku Raja Angkasah dapat membawa 4 senjata jenis karaben dari pasukan
Belanda yang dikalahkan tersebut. Akibat peristiwa itu, pasukan marsose Belanda terus mengejar Teuku Raja
Angkasah. Pada tanggal 10 November 1925 dalam pertempuran Seunebok Keuranji
beliau gugur tertembak oleh pasukan Belanda, pimpinan Letnan W.A.M. Molenar.
Beliau dimakamkan di pedalaman hutan Seuneubok Keuranji, Buket Gadeng,
Bakongan, Aceh Selatan.
Sumber:
M.H. Thamrin, Aceh Melawan Penjajahan Belanda,
(Jakarta: Global Mahardika Utama konsinyasi dengan CV. Wahana), 2004.
Zakaria Ahmad, et.all., Sejarah Perlawanan Aceh
Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, (Banda Aceh: Yayasan PeNA), 2008.
Zengraaf.H.C., Aceh, (Jakarta: Beuna), 1983.
TRANSLATE : ENGLISH
Remembering HISTORY KING TEUKU ANGKASAH
.jpg)
Resistance
Teuku Raja Angkasah In South Aceh Bakongan 1905-1925 Since the outbreak
of the Dutch War in Aceh from 1873 to 1942, the war can be divided into
four periodization or period. The first period 1873-1874, the second period 1874-1880, then the third period 1884-1896, then the last period 1896-1942. In
the last period the Dutch no longer apply stelsel fortress but has
introduced a system of antigerilya where guerrilla met with guerrilla to
form a special force called Het Corps Marechausse or Marsose. These forces are assigned to pursue the militants in Aceh have also
started implementing the system guerrilla after many victims fall into a
colossal war.
But even so, Aceh rebels never stopped attacking bivouac / camp Dutch forces throughout the inland and coastal region of Aceh. In times past the Dutch troops concentrated in the Highlands region Gayo, Alas and West Coast of Aceh, where the area is the last area that became the center of concentration of Dutch forces to solve the Aceh people's resistance.Bakongan previously an area that is considered safe and peaceful. But since 1905, the region has been a stronghold of resistance Bakongan called Rambong Seuneubok Keuranji. Resistance to the Netherlands this is a continuation of the Dutch War in Aceh in earlier times. Dutch soldiers assigned to the area Bakongan very frightened because they feel less likely to escape from the battlefield there.Teuku Raja Angkasah participate in wars Rambong Seuneubok Keuranji. When the battle in 1905, when troops led by Lt. Donner Marechaussee and Sergeant Wongsokaridjo defeat. On the night of August 12, 1905, in the village Rambong Seubadeh, Bakongan, Lt. Donner forces raided by the guerrillas in Aceh. As a result of this attack and Sergeant Lieutenant Donner Wongsokaridjo killed, chopped up by the fighters in Aceh. In addition Marechaussee 39 troops were also killed in the attack.Several years later, Aceh rebel troops led by Teuku Raja Angkasah back clashed with troops in the Forest Rambong Marechaussee near Gampong Drien. At midnight on October 23, 1925 Dutch troops led by Lt. J. Wiarda was invaded by the troops of Raja Teuku Angkasah. The Marechaussee forces attacked until dispersed by the army, as a result two people were killed and three were seriously injured and seven people were slightly injured. Teuku Raja Angkasah forces can carry 4 weapons types carbines of the defeated Dutch forces. As a result of the incident, the Dutch Marechaussee forces continue to pursue Teuku Raja Angkasah. On 10 November 1925 in the battle Seunebok Keuranji autumn he was shot by Dutch troops, Lieutenant WAM Molenar. He was buried in the jungle Seuneubok Keuranji, Buket Gadeng, Bakongan, South Aceh.
Source:M.H. Thamrin, Aceh against the Dutch occupation, (Jakarta: Global Main Mahardika consignment with CV. Wahana) 2004.Zakaria Ahmad, et.all., History of Resistance Against Colonialism and Imperialism Aceh (Banda Aceh: Foundation pens) 2008.Zengraaf.H.C., Aceh (Jakarta: Beuna), 1983.
But even so, Aceh rebels never stopped attacking bivouac / camp Dutch forces throughout the inland and coastal region of Aceh. In times past the Dutch troops concentrated in the Highlands region Gayo, Alas and West Coast of Aceh, where the area is the last area that became the center of concentration of Dutch forces to solve the Aceh people's resistance.Bakongan previously an area that is considered safe and peaceful. But since 1905, the region has been a stronghold of resistance Bakongan called Rambong Seuneubok Keuranji. Resistance to the Netherlands this is a continuation of the Dutch War in Aceh in earlier times. Dutch soldiers assigned to the area Bakongan very frightened because they feel less likely to escape from the battlefield there.Teuku Raja Angkasah participate in wars Rambong Seuneubok Keuranji. When the battle in 1905, when troops led by Lt. Donner Marechaussee and Sergeant Wongsokaridjo defeat. On the night of August 12, 1905, in the village Rambong Seubadeh, Bakongan, Lt. Donner forces raided by the guerrillas in Aceh. As a result of this attack and Sergeant Lieutenant Donner Wongsokaridjo killed, chopped up by the fighters in Aceh. In addition Marechaussee 39 troops were also killed in the attack.Several years later, Aceh rebel troops led by Teuku Raja Angkasah back clashed with troops in the Forest Rambong Marechaussee near Gampong Drien. At midnight on October 23, 1925 Dutch troops led by Lt. J. Wiarda was invaded by the troops of Raja Teuku Angkasah. The Marechaussee forces attacked until dispersed by the army, as a result two people were killed and three were seriously injured and seven people were slightly injured. Teuku Raja Angkasah forces can carry 4 weapons types carbines of the defeated Dutch forces. As a result of the incident, the Dutch Marechaussee forces continue to pursue Teuku Raja Angkasah. On 10 November 1925 in the battle Seunebok Keuranji autumn he was shot by Dutch troops, Lieutenant WAM Molenar. He was buried in the jungle Seuneubok Keuranji, Buket Gadeng, Bakongan, South Aceh.
Source:M.H. Thamrin, Aceh against the Dutch occupation, (Jakarta: Global Main Mahardika consignment with CV. Wahana) 2004.Zakaria Ahmad, et.all., History of Resistance Against Colonialism and Imperialism Aceh (Banda Aceh: Foundation pens) 2008.Zengraaf.H.C., Aceh (Jakarta: Beuna), 1983.
Aceh Selatan News | Situs Sejarah -
Makam Teuku Raja Angkasah terletak di pinggir Sungai Dayah, Desa Buket
Gadeng, sekitar 8 km dari Kota Bakongan, Ibu kota Kecamatan Bakongan,
Aceh Selatan. Pahlawan Aceh Selatan ini gugur di medan perang melawan
Belanda. Tempat gugurnya Teuku Raja Angkasah sekitar 5 kilometer dari
kawasan hutan Buket Gadeng yang ditembak pasukan Belanda dari empat
arah. Ia gugur pada tanggal 18 Desember 1925. Saat itu dua panglima
utamanya, Panglima Gadeng dan Panglima Idris yang merupakan panglima
yang paling setia gugur tertembak di depan mata Teuku Raja Angkasah.
Ia sendiri berada dalam posisi terdesak
karena dikepung dari empat sisi dalam keadaan habis peluru. Teuku Raja
Angkasah mencabut pedangnya, kemudian melompat dengan pekik Allahu Akbar
langsung menyerang sejumlah serdadu Belanda. Akhirnya Teuku Raja
Angkasah gugur setelah sebutir peluru menembus mulutnya.
- See more at: http://acehselatan.com/makam-teuku-raja-angkasah/#sthash.59HYOmut.dpuf
Aceh Selatan News | Situs Sejarah -
Makam Teuku Raja Angkasah terletak di pinggir Sungai Dayah, Desa Buket
Gadeng, sekitar 8 km dari Kota Bakongan, Ibu kota Kecamatan Bakongan,
Aceh Selatan. Pahlawan Aceh Selatan ini gugur di medan perang melawan
Belanda. Tempat gugurnya Teuku Raja Angkasah sekitar 5 kilometer dari
kawasan hutan Buket Gadeng yang ditembak pasukan Belanda dari empat
arah. Ia gugur pada tanggal 18 Desember 1925. Saat itu dua panglima
utamanya, Panglima Gadeng dan Panglima Idris yang merupakan panglima
yang paling setia gugur tertembak di depan mata Teuku Raja Angkasah.
Ia sendiri berada dalam posisi terdesak
karena dikepung dari empat sisi dalam keadaan habis peluru. Teuku Raja
Angkasah mencabut pedangnya, kemudian melompat dengan pekik Allahu Akbar
langsung menyerang sejumlah serdadu Belanda. Akhirnya Teuku Raja
Angkasah gugur setelah sebutir peluru menembus mulutnya.
- See more at: http://acehselatan.com/makam-teuku-raja-angkasah/#sthash.59HYOmut.dpuf
Aceh Selatan News | Situs Sejarah -
Makam Teuku Raja Angkasah terletak di pinggir Sungai Dayah, Desa Buket
Gadeng, sekitar 8 km dari Kota Bakongan, Ibu kota Kecamatan Bakongan,
Aceh Selatan. Pahlawan Aceh Selatan ini gugur di medan perang melawan
Belanda. Tempat gugurnya Teuku Raja Angkasah sekitar 5 kilometer dari
kawasan hutan Buket Gadeng yang ditembak pasukan Belanda dari empat
arah. Ia gugur pada tanggal 18 Desember 1925. Saat itu dua panglima
utamanya, Panglima Gadeng dan Panglima Idris yang merupakan panglima
yang paling setia gugur tertembak di depan mata Teuku Raja Angkasah.
Ia sendiri berada dalam posisi terdesak
karena dikepung dari empat sisi dalam keadaan habis peluru. Teuku Raja
Angkasah mencabut pedangnya, kemudian melompat dengan pekik Allahu Akbar
langsung menyerang sejumlah serdadu Belanda. Akhirnya Teuku Raja
Angkasah gugur setelah sebutir peluru menembus mulutnya.
- See more at: http://acehselatan.com/makam-teuku-raja-angkasah/#sthash.59HYOmut.dpuf
Aceh Selatan News | Situs Sejarah -
Makam Teuku Raja Angkasah terletak di pinggir Sungai Dayah, Desa Buket
Gadeng, sekitar 8 km dari Kota Bakongan, Ibu kota Kecamatan Bakongan,
Aceh Selatan. Pahlawan Aceh Selatan ini gugur di medan perang melawan
Belanda. Tempat gugurnya Teuku Raja Angkasah sekitar 5 kilometer dari
kawasan hutan Buket Gadeng yang ditembak pasukan Belanda dari empat
arah. Ia gugur pada tanggal 18 Desember 1925. Saat itu dua panglima
utamanya, Panglima Gadeng dan Panglima Idris yang merupakan panglima
yang paling setia gugur tertembak di depan mata Teuku Raja Angkasah.
Ia sendiri berada dalam posisi terdesak
karena dikepung dari empat sisi dalam keadaan habis peluru. Teuku Raja
Angkasah mencabut pedangnya, kemudian melompat dengan pekik Allahu Akbar
langsung menyerang sejumlah serdadu Belanda. Akhirnya Teuku Raja
Angkasah gugur setelah sebutir peluru menembus mulutnya.
- See more at: http://acehselatan.com/makam-teuku-raja-angkasah/#sthash.59HYOmut.dpufArtikel Terkait