klik

Sunday, December 13, 2015

Arwah Noni Belanda di Rumah Scooby Do Tahura Saree

-- --


Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan untuk mengikuti training di Tahura (Taman Hutan Raya) Pocut Meurah Intan, Aceh Besar. Lokasinya di bekas pasanggrahan Belanda , tepatnya di gerbang perbatasan antara Aceh Pidie dan Aceh Besar.

Sebelum difungsikan sebagai pos Polhut sekaligus pusat kegiatan administrasi pengelola Tahura, lokasi ini sempat ditelantarkan. Juga sempat digunakan sebagai markas Brimob ketika konflik melanda Aceh.

Untuk saat ini lokasi bekas tenpat peristirahatan penjajah Belanda tersebut, sudah dikelola sebagai salah satu objek wisata alam yang menyediakan rumah pohon dan track mengelilingi bentang alam.

Salah satu bangunan lama yang kini sudah direhap adalah rumah Scooby Do. Merupakan bekas vila berlantai dua. Kini digunakan sebagai bagian dari kantor sekaligus menyediakan pustaka alam dengan koleksi buku-buku yang mewartakan tentang berbagai ilmu alam.

Banyak cerita-cerita gaib yang sempat saya dengar dari teman-teman anggota Polhut, seputar arwah Noni Belanda yang sering mengganggu petugas yang kebetulan tidur di lantai dua rumah tua itu.

Cerita lain yang berkembang, selain penampakan Noni Belanda, kerap juga terlihat hantu lelaki tanpa kepala yang sering berjalan antara bekas kolam renang dan sumur tua. Penampakananya tidak pernah lama. Hanya sepintas saja.

Saya yang sempat menginap beberapa malam di sana, memang merasakan aura gaib. Akan tetapi ketika mencoba melakukan komunikasi lintas alam, sepertinya ada penolakan. Berkali-kali saya gagal menembus alam astral mereka. Bahkan karena nekat melakukan kontak, saya sempat sakit selama dua hari di sana.

Hingga suatu siang saya nekat menuju ke rumah Scooby Do. Kemudian saya menuju lantai dua. Di sana saya kembali mencoba menembus dimensi gaib.Setelah mencoba beberapa kalinya, akhirnya saya berhasil.

Dalam terawang yang hanya berlangsung 10 menit itu, nampaklah seorang perempuan Belanda. Berusia kira-kira 30 tahun. Sedang duduk di dekat jendela, menatap ke jalan raya.

Rupanya, arwah itu berasal dari Noni Belanda yang bernama  Kathelijn. Perawakannya tinggi. Bertubuh agak berisi, namun tidak gendut. Rambutnya pirang. Mengenakan baju yang lengan panjang yang berbunga -bunga timbul di bagian dada. Memaki rok panjang yang longgar di bagian bawah namun mengikat lekuk pantat di bagian atasnya.

Dia mengaku sedang menunggu suaminya yang ditugaskan untuk berperang melawan pemberontak di Kutaraja. Namun berbulan-bulan lamanya sang lelaki yang berpangkat kapten yang bernama Dirck tidak kunjung pulang. Hingga akhirnya dia membaca kawat yang mengabarkan bahwa sang suami telah gugur di medan perang.

Saat itu sudah mengandung tiga bulan. "Itu anak pertama kami. Ketika dibawa ke Batavia dan akhirnya ditempatkan di Athjeh, kami baru menikah," ujarnya dengan mimik wajah sedih.

Mendapatkan kabar bahwa suaminya telah tiada, Kathelijn putus asa. Atasan suami meminta dia untuk segera kembali ke Den Haag. Namun Lintje (begitu dia dipanggil-red) meminta waktu. "Aku masih rindu pada ayah dari jabang bayiku," ujarnya berkilah.

Sang atasan paham dengan kondisi batin dirinya. Setelah mendapatkan izin dari residen, atasan suaminya berpesan agar Lintje tetap menjaga kesehatan, supaya fit saat berangkat ke Den Haag.

"Kesehatanku semakin hari semakin buruk. Akhirnya aku memang berangkat dari Kutaraja. Sesampainya di Batavia, aku meninggal dunia bersama dengan bayi di dalam perut,"

****
Rindu yang membuat Lintje kemudian kembali ke pasanggrahan di tengah rimba Seulawah. Arwahnya tetap berkeinginan untuk bertemu dengan sang suami. Walau hingga berpuluh-puluh tahun lamanya dan  Belanda sudah angkat kaki dari Aceh, dia tidak pernah bersua dengan Dirck.

Ihwal mengapa dia kemudian menetap di vila itu, tentu karena dia punya kenangan khusus dengan Dirck di tempat itu.

Lintje juga bercerita, bahwa dirinya tidak seburuk seperti pikiran orang. Bila ada yang diganggu, itu murni karena dia butuh teman.

Terkait dengan tanpa kepala yang sering nampak disekitar sumur dan kolam, Lintje mengaku tidak pernah berkomunikasi. "Dia misterius. Agak kasar. Aku sempat mengira bila itu adalah Dirck. Namun setelah ku selidiki ternyata bukan," imbuh Lintje.

Bila sesekali bosan di vila, Lintje berpelesiran ke kawasan Seunapet, untuk melihat aktivitas mahkluk gaib di sana. Dia mengaku sering menumpang mobil yang kebetulan lewat.

"Soal kecelakaan mobil, itu bukan perbuatan kami para dedemit. Itu murni kesalahan sopir. kadang mereka terlalu memaksa diri dalam berkendara," katanya menutup kisah.

Sumber 
Artikel Terkait